Whistle
Blowing adalah tindakan yang dilalukan oleh
seseorang atau beberapa orang karyawan untuk membocorkan kecurangan entah yang
dilakukan oleh perusahaan atau atasannya kepada pihak lain. Pihak yang dilapori
itu bisa saja atasan yang lebih tinggi atau masyarakat luas. Contoh Whistle
Blowing adalah tindakan seorang karyawan yang melaporkan penyimpangan
keuangan perusahaan. Penyimpangan ini dilaporkan kepada pihak direksi atau
komisaris. Contoh lain adalah tindakan karyawan membocorkan tindakan perusahaan
yang membuang susu dalam jumlah besar demi mempertahankan stabilitas harga
susu. Atau kecurangan perusahaan yang membuang limbah industri ke sungai. Atau
pula, manipulasi perusahaan dibagian produksi yang mengurangi atau menaikan
kadar unsur kimia tertentu dari standar normal dengan maksud untuk mengurangi
biaya produksi atau membuat konsumen ketagihan dan pada akhirnya mendatangkan
keuntungan besar bagi perusahaan. Demikian pula laporan mengenai manipulasi
atau neraca perusahaan hanya untuk bisa go public. Laporan mengenai
kecurangan-kecurangan ini bukan pembocoran rahasia.
- Whistle Blowing Internal
Whistle Blowing Internal terjadiketika seseorang atau beberapa orang karyawan tahu
mengenai kecurangan yang dilakukan oleh karyawan lain atau kepala bagiannya
kemudian melaporkan kecurangan itu kepada pimpinan perusahaan yang lebih
tinggi. Motivasi utama dari whistle blowing adalah motivasi moral demi
mencegah kerugian bagi perusahaan tersebut.
- Whistle Blowing Eksternal
Whistle blowing eksternal menyangkut kasusu dimana seorang pekerja mengetahui
kecurangan yang dilakukan perusahaannya lalu membocorkan kepada masyarakat
karena dia tahu bahwa kecurangan itu akan merugikan masyarakat. Contohnya
manipulasi kadar bahan mentah dalam formula suatu produk. Motivasi utamanya
adlah mencegah kerugian bagi masyarakat atau konsumen.
Perusahaan
Whistle-Blowers, melaporkan kesalahan perusahaan, sering dipuji karena
keberanian dan integritas mereka. Contohnya saja, Jeffrey Wigand dikenal dengan
baik (khususnya setelah The Docudrama yang dibintangi Russell Crower) untuk
mengungkap skandal besar The Tobacco. Sama dengan Sherron Watkins yang dipuji karena
membawa skandal The Enron. Mengingat bahwa Whistle-Blowers menghadapi
pengangguran dan sering, ejekan dari perusahaan mereka, banyak orang tidak
datang lagi untuk melaporkan kegitan ilegal. Untuk mendorong Whistle-Blowers,
hukum Whistle-Blowers dipakai pada tahun 1986 dengan membayar sebanyak
30% dari denda hukum selama masa tuntutan. Dengan penyelesaian biasanya
melebihi $100 million, whistle-blowers terkadang dapat melihat hasil yang
besar. Beberapa pakar, menciptakan budaya dimana karyawan cepat melaporkan
kesalahan daripada mencoba untuk memperbaiki kesalahan internal.
Misalnya,
Douglas Durand merupakan mantan vice presiden penjualan di TAP Pharmaceutical
Product. Pada tahun 1995, ia mulai mencurigai bahwa TAP bekerjasama dengan
dokter untuk menipu Medicare. Perusahaan Pharamaceutical secara rutin
memberikan sampel obat terbaru dengan gratis atau tanpa membayar, akan tetapi
Durand mempercayai bahwa TAP sedang bekerja dengan dokter untuk menagih
Medicare untuk sampel obat gratis, praktek yang bertentangan dengan hokum
federal. Kemudian pada tahun yang sama, Durand menjadi lebih khawatir ketika
dia menemukan bahwa TAP sudah memutuskan untuk membayar upah 2 persen ke
masing-masing dokter untuk menutup “biaya administrasi”. Durand kemudian mulai
menyiapkan pengaduan pada TAP dan afiliasinya. “Saya ingin melakukan hal yang
benar”. Setelah dirujuk ke pengacara Elizabeth Ainslie oleh salah satu
koleganya, Durand mulai menyimpan catatan-catan dan mengumpulkan
dokumen-dokumen perusahaan, sementara pengacaranya berusaha untuk mendapatkan
pemerintah federal yang terlibat.
Pada
Februari 1996, Durand menerima pesangon $35,000 dari TAP dan kemudian keluar
dari perusahaan. Tiga bulan kemudian, dia dan Ainslie megajukan gugatan
terhadap TAP. Selama 5 tahun, Durand dan Ainslie membangun kasus mereka melawan
TAP. Durand bahkan memperoleh beberapa nomor telepon rumah mantan rekan
kerjanya dan menelopn mereka sementara FBI mendengarkannya. Selama menelepon,
Durand berbohong, mengatakan bahwa dia telah dipanggil, dalam upaya untuk
mendapatkan mantan rekan untuk memberatkan dirinya sendiri. Lebih dari 500
kotak dokumen yang dikumpulkan, mengandung bukti melawan TAP. Walaupun TAP
melawan gugatan, akhirnya telah diputuskan Durand menerima kompensasi $126 juta
Dihari
kasus tersebut selesai, jaksa penuntut umum mengajukan banding terhadap
perusahaan. Salah satu jaksa, Michael Sullivan, mengatakan tuduhan itu diajukan
untuk mengirim “sinyal yang sangat kuat untuk industri farmasi”. Namun selama
pengadilan berlangsung, lubang-lubang di dalam cerita Durand mulai muncul.
Reaksi bahwa Durand mengklaim TAP membayar dokter tidak pernah terjadi,
perusahaan tidak pernah membayar Medicare, dan konferensi yang digunakan Durand
diyakini TAP untuk menyuap dokter dalam menggunakan obat yang sebenarnya
dibayar oleh para dokter sendiri. Akhirnya, pada Juli 2002, Juri Federal di
Boston, TPA dibebaskan dari biaya, tetapi sebelumnya perusahaan telah
mengeluarkan lebih dari $1 Milliar untuk biaya hukum. Durran sekarang pensiun
dan tinggal bersama istri dan anak perempuannya diflorida.
Pertanyaan
- Apakah anda percaya bahwa whistle-blowing bagus untuk organisasi dan para anggotanya? Atau apakah seperti David Stetler yang percaya bahwa whistle blowing digunakan untuk memeras keuntungan keuangan yang besar dari perusahaan?
- Seberapa mungkinkah self-fulfilling prophecy mempengaruhi pencarian whistle blower sebagai bukti yang memberatkan terhadap sebuah perusahaan?
- Ketika gugatan sembrono terjadi, bagaimana mungkin kasus ini mempengaruhi masa depan whistle-blowers yang mempunyai sebuah klaim hukum yang sah melawan perusahaan mereka? Apakah mereka akan semakin maju atau mundur? Seberapa mungkinkah klaim mereka dievaluasi? Apa yang harus dilakukan perusahaan dan pemerintah untuk menghindari tuntutan perkara yang sembrono?
- Apakah anda percaya pegawai perusahaan mempunyai sebuah kewajiban etis hal pertama untuk melaporkan hal yang salah kepada anggota perusahaan itu sendiri, atau haruskah mereka langsung pergi ke pihak yang berwenang ketika mereka menduga adanya kegiatan ilegal? Apakah keuntungan dan kerugian dari kedua aksi tersebut?
Sumber
kasus: Robbin Stephen P and Judge Timothy A. 2009. Organizational Behavior.
Pearson Prentice Hall. New York, hal 201-202
Memahami
kasus Durand bisa memakai kacamata teori Albert O. Hirchmann mengenai respon
atas ketidakpuasan yang dialami, yaitu:
- Exit. Ketika seseorang mengalami ketidakpuasan pilihan rasional bagi dirinya ialah exit (keluar). Keluar menjadi pilihan logis karena organisasi tersebut sudah tidak mempunyai nilai manfaat bagi dirinya.
- Voice. Hal lain ketika menemui sesuatu yang mengganjal adalah bersuara. Melalui bersuara, seseorang bisa mengeluarkan unek-uneknya. Saluran komunikasinya beragam lewat jalur formal dan informal.
- Loyalty. Ketika seseorang terperangkap dalam kondisi yang tidak memuaskan menumbuhkan rasa kesetiaanya bisa menjadi pilihan. Kesetiaan berarti tetap memutuskan untuk berkiprah dan berkarya di organisasi tersebut dam mengindahkan ketidakpuasan yang dialami.
Berdasarkan
dari teori Albert apa yang dilakukan Durand ialah keluar dan bersuara (voice)
dengan melakukan tindakan whistle blowing.
Whistle-blowing
bagus bila diterapkan di organisasi karena dengan adanya whistle-blowing dapat
mencegah penipuan (fraud) dalam suatu organisasi. Oleh karena itu, suatu
lembaga atau organisasi harusnya menjaga sistem komunikasi internal sehingga
dapat menghindari konflik fungsional maupun disfungsional. Whistle blowing
sebaiknya diselesaikan secara internal agar tidak terjadi perembetan masalah
yang dapat menjatuhkan nama instansi, lembaga atau organisasi tersebut.
Sesuai
dengan pendapat King (1999), Whistle blowing dibedakan menjadi 2 yaitu whistle
blowing internal dan whistle blowing eksternal.
- Whistle blowing internal terjadi ketika seorang karyawan mengetahui kecurangan yang dilakukan karyawan kemudian melaporkan kecurangan tersebut kepada atasannya.
- Whistle blowing eksternal terjadi ketika seorang karyawan mengetahui kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan lalu membocorkannya kepada masyarakat karena kecurangan itu akan merugikan masyarakat.
Namun
pendapat David Stetler yang percaya bahwa whistle blowing digunakan untuk
memeras keuntungan keuangan yang besar dari perusahaan ada benarnya juga.
Karena setiap manusia mempunyai sifat yang berbeda-beda. Di mana menurut teori
Adam Smith yang mengasumsikan bahwa sifat manusia adalah rasional–ekonomis yang
berasal dari falsafah hedonisme yang berpendapat bahwa orang bertindak untuk
memenuhi kesenangan diri mereka semaksimal mungkin. Dan menurutnya orang yang
bertindak dengan perasaan adalah tidak rasional dan oleh karena itu harus
dicegah supaya tidak mengganggu perhitungan-perhitungan rasional seseorang
mengenai kepentingan dirinya. Asumsi ini juga dipertegas oleh Douglas McGregor
(1960) yang dinamakan Teori X :
- Menurutnya sifatnya orang itu malas, dan oleh karena itu, harus dimotivasi dengan perangsang dari luar
- Tujuan alamiah orang bertentangan dengan tujuan organisasi, oleh karena itu harus dikendalikan dengan kekuatan
- Karena perasaan-perasaan mereka tidak rasional, maka pada dasarnya orang tidak mendisiplin dan mengendalikan diri
- Tetapi secara kasar orang dapat dibagi dalam dua kelompok mereka yang sesuai dengan asumsi yang disebutkan di atas dan mereka yang dapat memotivasi diri, mendisiplin diri, dan tidak terlalu dikuasai oleh perasaan-perasaannya. Kelompok terakhir ini harus memikul tanggung jawab memanajemeni kelompok-kelompok lainnya.
Akhirnya
asumsi-asumsi rasional ekonomis kemudian menggolongkan manusia dalam dua
kelompok yaitu kelompok yang tidak dapat dipercaya, bermotivasi uang, dan
bersifat kalkulatif, dan kelompok yang dapat dipercaya, bermotivasi luas,
bermoral, dan yang hars mengorganisasi dan memanajemeni kelompok yang pertama.
Di banyak perusahaan para pekerja dimasukkan dalam golongan yang sesuai dengan
asumsi Teori X.
Sifat
manusia atau biasa dikenal dengan personality traits atau ciri
kepribadian dibagi dalam lima domain yang selanjutnya lebih dikenal dengan nama
Five Factor Model atau Big Five (Goldberg 1990) meliputi extraversion,
neuroticism, openness to experience (intellect), agreebleness, dan
conscientiousness. Kelima model ini merupakan ringkasan dari banyak sifat
yang terdapat pada satu hierarki sifat-sifat perbedaan individu dan telah
diidentifikasi dalam berbagai penelitian mengenai karakter antar individu dan
dimensi fundamental personaliy.
Self-fulfilling
prophecy mempunyai peran dalam whistle-blowing, sehingga mengakibatkan whistle
blower mengetahui adanya tindakan fraud di dalam perusahaan itu. Sesuai dengan
teori yang dkemukakan Robert Merton, sosiolog 1948 bahwa Self-fulfilling
prophecy bekerja di otak kanan yang awalnya prediksi kemudian berubah menjadi
nyata. Self-fulfilling prophecy terwujud karena adanya umpan balik positif
antara keyakinan dengan perilaku.
Ketika gugatan sembrono terjadi, masa depan whistle blower dapat berpengaruh
positif maupun negative. Apabila whistle-blower dapat memenangkan kasus pada
perusahaan tersebut mereka akan mendapatkan kompensasi dan penghargaan social.
Namun apabila whistle-blower terbukti salah akan mendapatkan tindakan
pembalasan, seperti penghentian, skorsing, penurunan pangkat, pemotongan upah,
dan atau perlakuan kasar oleh karyawan lain, bahkan bisa dikenai tuntutan
pidana dalam balasan untuk pelaporan kesalahan.
Yang
harus dilakukan perusahaan agar tidak terjadi gugatan sembrono adalah
menyelenggarakan Whistle Blowing System yang baik. Adapun manfaat dari
penyelenggaraan Whistleblowing System yang baik antara lain adalah
(Anonim, 2008):
- Tersedianya cara penyampaian informasi penting dan kritis bagi perusahaan kepada pihak yang harus segera menanganinya secara aman
- Timbulnya keengganan untuk melakukan pelanggaran, dengan semakin meningkatnya kesediaan untuk melaporkan terjadinya pelanggaran, karena kepercayaan terhadap sistem pelaporan yang efektif
- Tersedianya mekanisme deteksi dini (early warning system) atas kemungkinan terjadinya masalah akibat suatu pelanggaran
- Tersedianya kesempatan untuk menangani masalah pelanggaran secara internal terlebih dahulu, sebelum meluas menjadi masalah pelanggaran yang bersifat publik
- Mengurangi risiko yang dihadapi organisasi, akibat dari pelanggaran baik dari segi keuangan, operasi, hukum, keselamatan kerja, dan reputasi
- Mengurangi biaya dalam menangani akibat dari terjadinya pelanggaran
- Meningkatnya reputasi perusahaan di mata pemangku kepentingan (stakeholders), regulator, dan masyarakat umum
- Memberikan masukan kepada organisasi untuk melihat lebih jauh area kritikal dan proses kerja yang memiliki kelemahan pengendalian internal, serta untuk merancang tindakan perbaikan yang diperlukan
Bagi
organisasi yang menjalankan aktivitas usahanya secara etis, WBS merupakan
bagian dari sistem pengendalian, namun bagi organisasi yang tidak menjalankan
aktivitas usahanya dengan tidak etis, maka WBS dapat menjadi ancaman (Anonim,
2008).
Sedangkan
yang perlu dilakukan pemerintah untuk menghindari tuntutan perkara yang
sembrono adalah dengan membuat Sistem Pelaporan Pelanggaran yang baik yang
memberikan fasilitas dan perlindungan (whistleblower protection) sebagai
berikut (Anonim, 2008) :
1)
Fasilitas saluran pelaporan (telepon, surat, email) atau Ombudsman yang
independen, bebas dan rahasia
2)
Perlindungan kerahasiaan identitas pelapor. Perlindungan ini diberikan bila
pelapor memberikan identitas serta informasi yang dapat digunakan untuk
menghubungi pelapor. Walaupun diperbolehkan, namun penyampaian pelaporan secara
anonim, yaitu tanpa identitas, tidak direkomendasikan. Pelaporan secara anonim
menyulitkan dilakukannya komunikasi untuk tindak lanjut atas pelaporan
3)
Perlindungan atas tindakan balasan dari terlapor atau organisasi. Perlindungan
dari tekanan, dari penundaan kenaikan pangkat, pemecatan, gugatan hukum, harta
benda, hingga tindakan fisik. Perlindungan ini tidak hanya untuk pelapor tetapi
juga dapat diperluas hingga ke anggota keluarga pelapor
4)
Informasi pelaksanaan tindak lanjut, berupa kapan dan bagaimana serta kepada
institusi mana tindak lanjut diserahkan. Informasi ini disampaikan secara
rahasia kepada pelapor yang lengkap identitasnya.
Perlindungan
di atas tidak diberikan kepada pelapor yang terbukti melakukan pelaporan palsu
dan/atau fitnah. Pelapor yang melakukan laporan palsu dan/atau fitnah dapat
dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, misalnya KUHP
pasal 310 dan 311 atau peraturan internal organisasi (Pedoman Etika Perusahaan,
Perjanjian Kerja Bersama).
Pegawai
perusahaan mempunyai sebuah kewajiban etis untuk melaporkan hal yang salah
kepada anggota perusahaan itu sendiri (internal). Dampak positifnya adalah
kasus tersebut tidak menjadi konsumsi publik dan citra perusahaan tidak buruk.
Sedangkan dampak negatifnya, whistle-blower tersebut mendapatkan sanksi dan
resiko pemecatan. Namun bila whistle-blower langsung pergi ke pihak berwenang,
keuntungannya mereka akan mendapatkan perlindungan hukum, sedangkan kerugiannya
citra perusahaan akan buruk di mata masyarakat dan orang lain akan melihatnya
sebagai ‘pengadu cerita’ atau “mata-mata” , semata-mata mengejar kemuliaan dan
atau ketenaran pribadi. Oleh karena itu dibutuhkan suatu pemimpin yang
mempunyai leadership yang baik. Manajer dengan leadership baik dapat mengerti
apa yang menjadi kegundahan bawahannya dan memberikan respon segera sebelum
berkembang menjadi masalah besar. Leadership seperti itu akan memberikan
kepuasan karyawan terhadap kepemimpinan dan memberikan dukungan berupa
loyalitas karyawan dan kinerja optimal dari karyawan sehingga tujuan perusahaan
dapat tercapai.
Seorang
pemimpin yang tidak memiliki leadership baik cenderung memperlakukan karyawan
atau bawahannya sebagai robot dan budak dengan asumsi pekerjaan itu adalah
tanggung-jawab karyawan sebagai kompensasi atas gaji yang diterima. Manajer
seperti itu tidak memperhatikan aspek kemanusiaan, kelayakan, etika dan kerja
tim. Manajer tanpa leadership memadai ini yang akan menyebabkan kekecewaan pada
karyawannya dan pada saat manajer melakukan kesalahan dan tidak mau menerima
kritik atau saran dari bawahan. Akumulasi kekecewaan karyawan dan pelanggaran
yang dilakukan oleh manajer mendorong karyawan untuk melakukan whistle blowing
dengan harapan adanya perbaikan situasi, biasanya pelaku akan melakukan whistle
blowing internal terlebih dahulu. Namun tidak semua manjemen mau memberikan
tanggapan positif atas kasus whistle blowing karena pelaku dianggap sebagai
penghianat organisasi bahkan pembangkang yang menghalangi tercapainya tujuan manajemen.
Whistle blowing yang sampai ke lingkungan eksternal membuat citra buruk
terhadap manajemen, maka pelaku whistleblowing internal harus segera di bungkam
dengan cara intimidasi atau PHK. Karyawan yang sudah tidak memiliki harapan
lagi akan melanjutka aksinya kepada whistleblowing eksternal. Biasanya aksi
whistleblowing eksternal dilakukan oleh karyawan yang memiliki kapabilitas dan kompentensi
baik karena tidak takut kehilangan pekerjaan.
Sumber:
http://yayaup.wordpress.com/2010/10/20/whistle-blowing/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar